Prodi Ilkom UM Bandung Gelar Seminar Jurnalistik Profetik. (Foto: Bewara Pers) |
BEWARAPERS.ID, Bandung - Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung gelar Seminar Jurnalisme Profetik di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Senin (14/2/2022).
Seminar ini digelar sebagai gambaran bahwa jurnalisme profetik merupakan pandangan dari paradigma baru, mengenai revolusi informasi idealisme berbasis etik.
Seminar jurnalisme profetik ini dilakukan guna memenuhi serta memperbaharui mata kuliah Jurnalisme profetik. Selain itu, menjadikannya suatu pandangan bahwa program studi Ilmu Komunikasi memiliki ciri khas yang berbeda, dan akan masuk kepada penyusunan kurikulum.
Baca Juga: Cegah Omicron, Pemkot Bandung Siapkan Aturan PPKM Level 3
Adapun salah satu pemateri, Dosen Ilmu Komunikasi UM Bandung Ahmad Rifai, S.Sos., M.Sos menjelaskan mengenai mengkaji komunikasi profetik tedapat konsep dasar dalam Al-Qur’an, ialah “Hudan lil muttaqin” yaitu petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa sesuai Surat Al-Baqarah ayat 2.
Komunikasi profetik disandarkan pada sosial profetik, mengacu pada 3 polar yaitu humanisasi (Ama Ma'ruf), liberasi (Nahi Munkar), dan transendensi (Tu'minu Billahi). Mengacu kepada surah Al-Baqarah; 2, surah An-Nahl: 125, Ali-Imran: 104 dan 110 tentang nilai yang menjadi produk jurnalistik.
Ketika mampu menghantarkan amar ma'ruf, maka esensi komunikasi mampu mencegah kemungkaran dan membangun pembaca memilki peningkatan spiritual.
Pada tahun 1999 indonesia mengalami kemajuan dalam bidang pers era media baru dalam media cetak, dan munculnya media cetak internet disitulah media sosial menjadi teroboran revolusi informasi.
Tahun 2020-2021 pers era pandemic Covid-19 menuntut sebuh konten dan musibah bagi media, karena Covid-19 media massa serta media cetak terbatas dalam liputan, dan perusahaan krisis pembaca.
Masalah di Indonesia ialah free information. Sementara media massa membutuhkan ongkos untuk memproduksi sebuah berita, apalagi ketika sebuah media terjebak dalam suatu masalah pelik.
Diperkirakan 47.000 media online dapat menjadi peluang membuat media online, dan 2.700 terverifikasi di dewan pers untuk saat ini
Dalam seminar ini pun dijelaskan tentang tujuh dosa terbesar media massa, yaitu distrosi informasi, dramatiasi fakta, serangan privasi, pembunuhan karakter, meracuni benak terutama pikiran anak-anak, penyalahgunaan kekuasaan, pers dijadikan alat kepentingan pribadi , dan eksploitasi seks unttuk meningkatkan sirkulasi atau rating.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Gubernur Jabar Minta Kepala Daerah Tak Lengah
Mengenai Wajah Pers Nasional, Indonesia sudah berkembang di bidang jurnalistik yang sensasional dan berusaha menghasilkan berita yang sesuai fakta. Maka dari itu, jurnalistik profetik sangat penting di kalangan pelajar maupun mahasiswa untuk mengejar kecepatan.
Kecepatan tanpa akurasi adalah bunuh diri, media yang dikuasi oleh konglomerasi media menyebabkan media menjadi sebuah humas pemerintahan, kekuasan dan pemilik media mempunya ikatan yang seharusnya tidak terjadi dalam dunia jurnalistik. Seperti, judul berita yang provokatif atau menipu disebabkan karena free information mengelabui publik menjadikan ekosistem yang rusak, dan membuat kebijakan mengenai hak cipta.
Sedangkan mengenai Urgensi Jusnalisme Profetik, yaitu: akar jurnalisme profetik Ethos, kredibilitas, terpercaya dan ahli phatos, fakta serta logis logos, dan membangun hubungan. Terbentuklah empat pilar jurnalisme profetik ialah Siddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh.
Teori Hiraki media yang pertama menjadikan produk jurnalistik yang individu apabila produk tidak memadai empat pilar jurnalisme. Dapat diantisipasi menggunakan penanaman karakter jurnalisme profetik, menyampaikan peringatan serta kabar gembira, dan menyaring informasi yang kotor menjadi bersih. Sudah menjadi tugas kita dalam revolusi informasi menjadikan media massa tidak terjebak dalam berita media yang rusak.(*)