Kaderisasi atau Oligarki?

(sumber: Ilustrasi. Foto: net)

"Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam." Bung Hatta.

Kehidupan di kampus seperti miniatur dalam sebuah negara. Tidak terlepas dari sistem pemerintahan dan juga kehidupan politik. Politik kampus tidak bisa disamakan dengan politik praktis. Akan tetapi jika kita bisa memahami fakta yang terjadi di lapangan, politik kampus serta politik praktis tidak jauh berbeda. Itu menjadi salah satu persoalan bahwa politik yang tidak bersih dan hanya mementingkan “kekuasaan” membuat belajar politik di kampus menjadi hal yang mengerikan untuk diikuti.

Berbicara tentang politik kampus pastinya ada masa dimana musim untuk mencari kader baru untuk menjadi pengurus atau anggota. Kaderisasi adalah sumber daya manusia yang akan menjadi sebagai calon anggota. Hal tersebut telah dipersiapkan dalam organisasi dengan cara melakukan proses seleksi yang dilatih serta dipersiapkan untuk memiliki disiplin ilmu atau keterampilan. 

Kaderisasi ini perlu dilakukan oleh setiap organisasi karena tidak akan selamanya satu individu untuk memimpin organisasi. Karena hal tersebutlah perlu adanya regenerasi agar organisasi dapat terus hidup dan berjalan dengan cara kaderisasi.  Menurut Mangkubumi (1989:59) kaderisasi sebagai suatu siklus yang berputas terus dengan gradasi yang meningkat dan dapat dibedakan menjadi tiga komponen utama yaitu: hal pertama yaitu pendidikan kader disampaikan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan.  Lalu hal kedua penugasan kader mereka diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan organisasi sebagai latihan pematangan dan pendewasaan. Terakhir pengerahan karier kader diberi tanggung jawab lebih besar dalam berbagai aspek perjuangan sesuai potensi dan kemampuan yang ada.

Berbicara soal politik kampus pasti ada satu momen yaitu musim politik kampus untuk berbagai pencalonan pimpinan di organisasi nya masin-masing. Di dalam musim tersebut sering kali terjadi perbedaan pendapat. Entah itu mengenai kualitas calon baik secara intelektual dan sosial, program-program yang dijanjikan atau pun kebijakan yang berlaku. Hal tersebut masih banyak dijumpai dengan perdebatan yang sentimen dan tidak mengedepankan rasionalitas.

Kini kampus telah menjadi tempat bertarung bagi individu maupun organisasi mahasiswa. Belum lagi banyaknya pasangan calon untuk maju sebagai pemimpin hanya mengedepankan kepentingan organisasi semata tanpa melihat permasalahan nyata di pengurusnya.  Karena hal tersebut, sebagai mahasiswa harus sudah bisa menelaah dan peka terhadap ajakan dari kaderisasi berbagai organisasi. Dalam artian ketika kalian akan memasuki suatu organisasi apakah organisasi  tersebut memiliki rekam jejak yang baik dan telah bisa bertanggung jawab untuk memprioritaskan kepentingan keseluruhan atau dibalut dengan branding semata padahal bentuk struktural kekuasaannya hanya di segilintir orang saja yaitu oligarki? 

Semoga tulisan ini menjadi pembuka perspektif kalian. Tidak ada paksaan agar sepaham, semua dikembalikan pada perspektif masing-masing. 


Oleh: Detyani Aulia Malik

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama