BEWARAPERS.ID, Bandung - Masih dalam kegiatan lanjutan kuliah bareng birokrat sesi keenam, kali ini menghadirkan dua narasumber dengan mengusung tema "Pandangan Birokrat Terkait Politik Dinasti dan Rusaknya Tatanan Birokrasi". Kegiatan ini berlangsung di Auditorium K.H Ahmad Dahlan pada, Rabu (10/1/2024).
Adapun kedua narasumber tersebut antara lain Sonia Sugian S.H, MH, MTRIP selaku Ketua kaukus perempuan politik Kabupaten Sumedang dan Farhan Nauval Rusli selaku Wakil Sekretaris DPW Partai Gelora Jawa Barat.
Dalam sambutannya Rikki Maulana Yusuf S. IP, M. AP sebagai Sekretaris Prodi Administrasi Publik menyampaikan bahwa tema yang diusung pada sesi keenam ini mengusung tema, pandangan birokrat terkait politik dinasti dan rusaknya tatanan birokrasi yang menampak wawasan untuk kita semua terkait isu-isu yang sedang berkembang dalam dunia perpolitikannya.
"Terkait tema tersebut kita perlu melihat dari dua sisi atau dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, bahwa isu politik dinasti ini selalu menjadikan hal yang memberikan sentimen negatif terhadap orang-orang. Kedua, dari sudut pandang yang lain jika tidak ada seseorang yang berani mencalonkan menjadi seorang pejabat dan yang hanya mampu adalah keluarga maka itu adalah hal yang sah saja selama dia masih bisa mengemban amanah dan menjaga keadilan bagi rakyat," ujarnya.
Dalam kesempatannya, Farhan Nauval Rusli selaku Wakil Sekretaris DPW Partai Gelora Jawa Barat memberikan tanggapannya mengenai apakah politik dinasti dapat menciptakan ketidakstabilan dalam implementasi kebijakan pemerintah atau tidak.
"Sebetulnya semuanya bisa. Bahkan yang tidak memakai jalur kerajaan, dinasti politik atau keluarga politik, sebetulnya bisa. Jadi semua orang ini kan bisa melakukan kesalahan yang sama. Jadi kalau misalnya kita menghakimi keluarga politik, kenapa nggak kita menghakimi orang-orang biasa juga kan kira-kira gitu" pungkas Farhan
Selain itu, dirinya juga menyampaikan bahwa setiap orang tentu mempunyai kesalahannya, benar salah dan baik buruk itu merupakan hal yang biasa. Cuman ada satu sentimen pribadi atau ada sentimen secara berkelompok atau secara kelompok terhadap keluarga politik.
"Karena memang kita mengerti bahwa cerita masa lalu ini di bawah hingga cerita masa kini. Jadi keluarga ini memang dari dulu mengkooptasi negara dan inilah yang disebut trauma-nya. Trauma-nya negara kita, trauma-nya bangsa kita ketika dipimpin oleh sekelompok keluarga," sambungnya.
Kemudian, Farhan juga menjelaskan bahwa hingga saat ini tidak ada upaya konkrit yang dilakukan pemerintahan dalam menghadapi politik dinasti. Hal tersebut dilandasi selama semua persyaratan dapat dipenuhi oleh orang-orang yang ingin mencalonkan.
"Jadi kalau misalnya ada upaya pemerintah, saya rasa sampai hari ini nggak ada upaya pemerintah untuk memerintahkan itu ya. Karena saya rasa gini, kayak misalnya kita ini, orang baru di politik, karena bapak kita politik, kita jadi punya dosa yang sama. Ya belum tentu juga kan, kira-kira gitu. Jadi ya ini memang sentimental pribadi," tegasnya saat diwawancarai oleh wartawan Bewara Pers.
Terakhir, Aditya Rahman selaku Ketua Pelaksana menyampaikan tanggapannya terkait kondisi perpolitikan saat ini dan memberikan harapannya semoga bisa lebih baik lagi pada tahun-tahun berikutnya.
"Untuk kedepannya, tatanan birokrasinya itu lancar, tidak ada yang merusak di dalamnya. Mungkin politik sekarang itu bisa dibilang kurang baik untuk dibicarakan. Mungkin kedepannya politik ini bisa jadi asumsi yang lebih baik untuk khalayak dini ataupun khalayak dewasa," pungkasnya.
Wartawan: Kustia Wulandari, Risna Mutiara, Yogi Bagus Prasetyo
Editor: Yogi Bagus Prasetyo