![]() |
Foto bersama seluruh Siswa/i SMA Muhammadiyah 4 Kota Bandung, Mahasiswa, dan Dosen Prodi Bioteknologi UM Bandung pada kegiatan Seminar 'SENDI' pada, Rabu (17/1/2024). |
BEWARAPERS.ID, Bandung – Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai pencegahan penyakit menular seksual HIV/AIDS, mahasiswa Prodi Bioteknologi UM Bandung menyelenggarakan Seminar Pengabdian Kepada Masyarakat di SMA Muhammadiyah 4 Kota Bandung, pada Rabu (17/1/2024).
Seminar ini bertajuk “Sex Education Sejak Dini (SENDI)”, dengan bertujuan meningkatkan kesadaran, menambah pengetahuan, dan sebagai upaya pencegahan penyakit menular seksual HIV/AIDS dengan menanamkan nilai-nilai pancasila. Misalnya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sebagai landasan.
Acara ini turut dihadiri dosen Prodi Bioteknologi Luthfia Hastiani Muharram dan juga Haryanto perwakilan mahasiswa Bioteknologi angkatan 2020. Seminar SENDI menjadi aksi nyata dari semangat mahasiswa Bioteknologi UM Bandung dalam menyuarakan pentingnya edukasi kesehatan seksual sejak dini di lingkungan pendidikan.
Dengan melibatkan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 4 Kota Bandung, mahasiswa Bioteknologi berharap dapat menekan angka penderita HIV/AIDS pada remaja. Dalam pelaksanaannya sendiri, acara seminar disambut baik oleh pihak SMA Muhammadiyah 4 Kota Bandung. Lantaran seminar ini berkaitan dengan gaya hidup siswa/i dalam memahami pergaulannya serta menekan angka penularan HIV/AIDS dan meningkatkan pengetahuan mereka mengenai HIV/AIDS.
Bandung merupakan kota dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di Jawa Barat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, terdapat 31 kasus baru. Total kasus HIV/AIDS di Kota Bandung mencapai 2.428 kasus.
Dari 2.428 kasus tersebut, 2.014 berjenis kelamin laki-laki dan 414 berjenis kelamin perempuan. Dengan kelompok umur 20-29 tahun 882 kasus dan kelompok umur 30-39 tahun mencapai 804 kasus.
Melihat tingginya kasus HIV/AIDS di Bandung, mahasiswa Bioteknologi UM Bandung merasa perlu diadakannya edukasi seks mengenai HIV/AIDS. Selain itu, mahasiswa juga melihat masih banyak orang yang termakan informasi hoaks mengenai penyebaran HIV/AIDS. Menurut Haryanto, HIV menular dari ibu ke anak melalui proses melahirkan dan menyusui, hubungan seksual berisiko, produk darah, serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
“Kesetaraan hak menjadi aspek yang tidak kalah pentingnya dalam konteks ini. Sebagai manusia kita memiliki hak yang sama. Hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan, hak untuk berpendapat, hak untuk mendapatkan pendidikan, dan masih banyak yang lainnya,” ujar Haryanto.
Meski begitu, masih banyak masyarakat yang sering mengabaikan hak-hak tersebut. Banyak masyarakat yang mempunyai stigma buruk mengenai orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Tak jarang juga masyarakat kerap memandang mereka dengan sebelah mata. Padahal, pada dasarnya mereka sama saja seperti manusia lainnya.
Dalam seminar kali ini, Haryanto mengajak para siswa/i untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Menurutnya, tindakan yang seharusnya dilakukan jika mengetahui teman atau keluarga terinfeksi HIV/AIDS adalah dengan tidak menjauhi penderita.
“Kemudian menjaga informasi, memberinya dukungan, dan mengajaknya untuk memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan,” tuturnya.***