Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sosial dan Humaniora (SOSHUM ) serta Sains dan Teknologi (SAINTEK) menggelar acara bedah buku Haji Fachrodin: Lokomotif Literasi dan pers Islam karya Roni Tobroni. Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengenal lebih dekat dengan tokoh penting dalam sejarah literasi dan pers Muhammadiyah. Di Gelar di Lantai 2 Universitas Muhammadiyah Bandung. Pada selasa (3/6/2025)
Dalam pemaparannya, Roni Tobroni menyampaikan bahwa motivasi penulisan buku ini muncul dari minimnya kajian terhadap sosok Haji Fachrodin yang sebenarnya memiliki peran besar dalam perkembangan literasi dan pers Islam.
“Saya melihat Fachrodin itu sosok yang luar biasa di Muhammadiyah, tapi jarang dikaji, ditulis dan didiskusikan. Padahal dia sangat menginspirasi,” ungkap Roni.
Ia menambahkan bahwa Haji Fachrodin adalah tokoh utama Pers Islam di Indonesia yang telah memberikan teladan besar dalam dunia jurnalistik.
“Hidupnya didedikasikan untuk perjuangan jurnalistik yang mampu mencerahkan dan memberi inspirasi kepada masyarakat. Menurutnya, jurnalisme Islam tak hanya soal keagamaan, tetapi juga mencakup isu kebangsaan, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, peran Haji Fachrodin dalam dunia jurnalisme penting untuk dipelajari agar dapat terus menginspirasi generasi jurnalis berikutnya,” ujarnya.
Roni berharap, pemikiran Fachrodin semakin banyak dibicarakan dan mampu menginspirasi generasi muda Muhammadiyah, khususnya kader IMM, untuk melahirkan karya jurnalistik yang kritis dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Ariel Raditya selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa acara ini lahir dari inisiatif komunitas literasi IMM sebagai upaya memperkuat budaya membaca dan berpikir kritis di kalangan mahasiswa.
“Kami ingin memperkuat kemampuan berliterasi, khusunya di Universitas Muhammadiyah Bandung. Literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi juga kemampuan membaca situasi di sekitar mereka. Tema ‘berani berpikir kritis di tengah budaya instan, melatih otak untuk tak cepat percaya’ diangkat agar mahasiswa tidak mudah percaya begitu saja terhadap suatu informasi, melainkan mampu menelaah dan mengkaji relevansinya secara mendalam.” Jelasnya.
Meski sempat menghadapi kendala komunikasi dan keterbatasan panitia, acara tetap berjalan lancar. Ia berharap pesan utama dari seminar ini, yakni membaca (iqro’) dan berpikir kritis dapat tersampaikan dengan baik.
Salah satu peserta seminar menyampaikan bahwa acara ini sangat bermanfaat karena membuka pemahaman tentang makna berpikir kritis secara utuh. Ia menyebutkan bahwa banyak mahasiswa yang masih belum memahami arti berpikir kritis sebenarnya, dan sering mengira bahwa berpikir kritis hanya sebatas membantah pendapat orang lain. “Padahal, berpikir kritis berarti belajar memahami dulu suatu teori, lalu merekontruksinya sehingga muncullah sebuah teori baru yang sesuai dan faktual dengan kondisi saat itu,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya seminar semacam ini untuk menumbuhkan kesadaran mahasiswa sebagai agen perubahan. “Mahasiswa di sini perlu memperdalam literasinya dan kritis itu sendiri. Sebagai agent of change, bukan cuma kuliah dan belajar doang” tutupnya.
Dengan terselenggaranya acara ini IMM SOSHUM dan SAINTEK berharap semangat literasi dan jurnalisme yang dicontohkan Haji Fachrodin dapat terus hidup di kalangan mahasiswa, serta mendorong gagasan-gagasan yang mencerahkan di masa depan.
Wartawan: Abdul, Himaya
Editor: Rahmi